Kapolri Sutanto dan Menyikapi Kritik

Kapolri Sutanto dan Menyikapi KritikSaya kira Anda setuju kalau ada polling tentang siapa pejabat tinggi era SBY ini yang paling efektif bekerja dan tampak hasilnya pasti itu adalah Kapolri Sutanto. Dalam masa kurang dari tiga tahun, Kapolri yang satu ini sudah berbuat cukup banyak dalam memperbaiki kinerja internalnya dan dikenal sudah sangat agresif dan efisien tidak hanya dalam memberantas judi dan narkoba, tapi juga gerakan teroris yang berkedok Islam. Dalam soal judi, tentu masyarakat Medan Sumut tahu bagaimana Sutanto memberantas bandar judi terkenal Medan yang selama ini terkesan invincible (tak tersentuh).

Begitu invinciblenya sampai Sutanto harus menunggu menjadi jenderal penuh untuk dapat membekuknya; pangkat Letjen sewaktu jadi Kapolda Medan masih belum mampu memberangus tokoh judi yang konon juga berperan jadi Robinhood itu; karena menurut sebuah sumber dia dibacking oleh oknum di Mabes Polri sendiri.

Nah, rupanya nilai baik rapor Sutanto tidak hanya dalam efisiensi dan efektifitasnya dalam bertindak, tapi juga dalam menyikapi kritik. Sebagai contoh, pada 8 Desember 2007 Transparansi Internasional Indonesia (TII) mengeluarkan laporan bahwa Polri merupakan lembaga terkorup di Indonesia. Departemen ini secara umum tentu saja berang. Tapi Sutanto menyikapinya dengan baik dan sangat dewasa. Ia mengatakan:

‘’Itu masukan yang baik untuk institusi kepolisian. Itu adalah hak masing-masing lembaga untuk melakukan survei.’’

Sikap tidak risih, tidak marah dan tidak tersinggung; malah cenderung ingin introspeksi ini adalah sikap yang patut dipuji dan diteladani oleh seluruh departemen pemerintah dan seluruh jajaran di dalamnya. Sedikit pejabat tinggi yang dapat bersikap seperti ini.

Sutanto tampak paham betul, bahwa kebenaran–bukan korp–yang menjadi loyalitas kita. Umumnya, kalangan birokrat yang kakap maupun yang teri menganggap loyalitas adalah pada korp tempat dia bekerja, right or wrong my corps–begitulah kira-kira. Lihat misalnya, sejumlah kalangan korp pajak yang merasa seperti tersengat kalajengking dan marah-marah kala saya kritik soal praktek korupsi di departemennya. Kepada mereka saya cuma ingin pesan:

Kalau Anda memang bersih, kenapa marah dan risih? Kalau Anda (benar-benar) punya martabat dan integritas untuk tidak korup, Anda pasti melihat praktek korup teman-teman kolega Anda, atau Anda sangat bodoh sampai Anda tidak tahu. Jangan bela mereka hanya karena demi menjaga citra korp Anda.

Artikel terkait:

49 Comments

  1. Situbondo After-Effect

    Surabaya, 12 November 1996

    Hari ini pukul 10.00 s.d. pukul 15.20 jalan Ngagel Madya di Sura-
    baya dijaga ketat oleh 200 orang polisi dari Polwiltabes Surabaya
    dan 20 orang Gartap Surabaya. Penjagaan ini dikarenakan pihak
    intelijen Kodam Brawijaya mendapat laporan bahwa hari ini di
    gereja St. Maria Tak Bercela yang berada di jalan Ngagel Madya
    akan diadakan “misa berdarah” (istilah ini sebenarnya tak ada
    dalam Gereja Katolik dan ternyata memang hasil salah dengar
    seorang intel dari istilah yang benar “misa arwah”, yaitu misa
    yang dikhususkan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal)
    untuk memperingati lima tahun insiden Santa Cruz yang akan diha-
    diri kurang lebih 400 orang warga Tim-Tim yang ada di Surabaya.
    Dikhawatirkan, dengan pengumpulan massa sebanyak itu akan terjadi
    kerusuhan besar. Karena aparat keamanan meminta agar misa terse-
    but dibatalkan (sesuai keterangan Kapolres Surabaya Selatan
    Letkol E.T.L. Tobing). Ternyata sampai dengan pukul 13.45 yang
    berkumpul hanya sekitar 30 orang saja, seluruhnya adalah mahasis-
    wa yang berasal dari Tim-Tim. Berdasar keterangan salah seorang
    dari mereka, misa arwah ini >>selalu<>Tragedi
    Situbondo adalah kekerasan terakhir.<<
    2. Perlu dilakukan upaya peningkatan saling percaya di antara
    umat beragama. Sehingga, bila beredar issu yang meresahkan, umat
    agama yang satu bisa mendapat konfirmasi langsung dari umat agama
    lain tentang issu tersebut. Dengan begitu, asas praduga tak
    bersalah bisa diterapkan kepada pihak lain.

    Salam,
    Surabaya, 12 November 1996
    Philipus Y.A. Perdana
    anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik Surabaya

    Suka

  2. Waduh…..kalau seorang Kombes Polisi tidak punya pekerjaan sampingan artinya cuma makan tempe sehari-harinya, tapi dari sekian banyak Kombes hidupnya begitu berkelimpahan…….KPK saya perintahkan silahkan anda AUDIT………..Jangan rakyat yang bayar pajak malah diuber-uber melulu……… coba lihat aja di bawah ini kalau salary mereka aja kalau dengan buruh pabrik kenapa mobil mereka banyak, rumah…. belum lagi cewe simpenan……

    Gaji TNI/Polri

    Keputusan berdasar SE 3/2007 tentang gaji PNS, TNI, dan Polri per bulan (diambil dengan MKG maksimum):
    Pangkat TNI AD Pangkat TNI AL Pangkat TNI AU Pangkat Polisi Gaji (Rp)
    Jenderal Laksamana Marsekal Jenderal 2,512,800.00
    Letnan Jenderal Laksamana Madya Marsekal Madya Komisaris Jenderal 2,436,600.00
    Mayor Jenderal Laksamana Muda Marsekal Muda Inspektur Jenderal 2,362,800.00
    Brigadir Jenderal Laksamana Pertama Marsekal Pertama Brigadir Jenderal 2,291,100.00
    Kolonel Kolonel Kolonel Komisaris Besar 2,221,700.00
    Letnan Kolonel Letnan Kolonel Letnan Kolonel Ajun Komisaris Besar 2,154,300.00
    Mayor Mayor Mayor Komisaris 2,089,000.00
    Kapten Kapten Kapten Ajun Komisaris 2,025,700.00
    Letnan Satu Letnan Satu Letnan Satu Inspektur Satu 1,964,300.00
    Letnan Dua Letnan Dua Letnan Dua Inspektur Dua 1,881,300.00
    Pembantu Lettu Pembantu Lettu Pembantu Lettu Ajun Inspektur Satu 1,652,700.00
    Pembantu Letnan Dua Pembantu Letnan Dua Pembantu Letnan Dua Ajun Inspektur Dua 1,602,600.00
    Sersan Mayor Sersan Mayor Sersan Mayor Brigadir Kepala 1,554,000.00
    Sersan Kepala Sersan Kepala Sersan Kepala Brigadir 1,506,900.00
    Sersan Satu Sersan Satu Sersan Satu Brigadir Satu 1,461,200.00
    Sersan Dua Sersan Dua Sersan Dua Brigadir Dua 1,416,900.00
    Kopral Kepala Kopral Kepala Kopral Kepala Ajun Brigadir 1,244,700.00
    Kopral Satu Kopral Satu Kopral Satu Ajun Brigadir Satu 1,207,000.00
    Kopral Dua Kopral Dua Kopral Dua Ajun Brigadir Dua 1,170,400.00
    Prajurit Kepala Prajurit Kepala Prajurit Kepala Bhayangkara Kepala 1,134,900.00
    Prajurit Satu Kelasi Satu Prajurit Satu Bhayangkara Satu 1,100,500.00

    Suka

  3. BERBAGAI TINDAK KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPOLISIAN SUMATERA UTARA

    Setiap tindak kekerasan yang dilakukan personil Polri di Indonesia merupakan fakta masih melekatnya sifat militeristik dalam tubuh institusi Polri, yang saat ini sebagai institusi sipil. Pada sisi lain perbuatan dimaksud adalah sebuah kontradiktif dengan Fungsi dan Tugas Pokok Polri, sebagai institusi yang mengemban tugas : menagakkan hukum, memberikan perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan semangat Hak Asasi Manusia dan nilai-nilai keadilan.

    Sumatera Utara, khususnya kota Medan saat ini merupakan daerah yang sangat rentan terjadinya berbagai tindak kekerasan Polri. Selalu saja berulang tindak kekerasan yang dilakukan Polri yang setiap saatnya menerbitkan pertanyaan tentang sejauh mana efektifnya kepolisian sebagai penyelidik dan penyidik tindak kekerasan yang dilakukan personil Polri ? pertanyaan yang lahir dari sebuah realita hampir tidak ditemukannya proses hukum bagi personil Polri yang melakukan tindak kekerasan, baik saat tindak kejahatan Polri dalam kompetensi Peradilan Militer (UU No. 31 tahun 1997) maupun setelah berlakunya UU No. 2 tahun 2002.

    Upaya-upaya di tingkat lokal, seperti menyurati Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (khususnya pada periode Irjen Pol. Ansyaad Mbai), dengar pendapat dengan DPRD Sumatera Utara dan pihak Kepolisian di Sumatera Utara, telah dilakukan keluarga para korban dan Lembaga Bantuan Hukum Medan, namun tindak kekerasan Polri masih terus terjadi, dan siapa saja dapat menjadi korbannya.

    Dalam tahun 2002 LBH Medan merekam 71 Tindak Pelanggaran Hukum yang dilakukan personil Polri di Sumut, dan hingga Februari 2003 sudah terjadi sebanyak 19 kasus. Motif terbesar dari tindak kekerasan yang terjadi adalah meyelamatkan kepentingan modal dan faktor credit point perjenjangan karir.

    Beberapa kasus tindak kekerasan oleh Polri di Sumatera Utara pada masa lalu (sebelum UU No. 2 tahun 2002) hingga saat ini tidak diketahui kelanjutan proses hukumnya. Kasus-kasus dimaksud antara lain :

    1. Kasus penembakan di Pasarawa, Gebang-Langkat, Sumatera Utara, 24 Juni 1999 yang mengakibatkan meninggalnya Elliyanti (13 thn) dan lumpuhnya Ponimin (17 tahun).
    2. Kasus Penembakan di Perkebunan Coklat, Saentis Dili Serdang 10 November 1999, yang mengakibatkan meninggalnya seorang pelajar Sekolah Dasar, Nasrun Nasution (13 tahun).
    3. Peristiwa berdarah di Kampus Univ. HKBP Nomensen/UHN, pada tanggal 1 Mei 2000, yang mengakibatkan meninggalnya dua mahasiswa UHN, Calvin dan Ricardo.
    4. Penahanan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap warga Porsea yang menyampaikan aspirasinya tentang pencemaran oleh pabrik PT. Indorayon.

    Dua dari tiga kasus di atas (No. 1 dan No. 2) dilatarbelakangi sikap arogansi dan kesewenang-wenangan personil Polri yang diperintahkan sebagai body guard Usaha Tambak Udang, pabrik dan perkebunan.

    Berulangnya tindak kekerasan oleh Polri di Sumut merupakan fakta lemahnya control internal institusi Polri dan minimnya semangat kolektif jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara untuk menghormati Hak-hak Asasi Manusia. Hal ini telah menerbitkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Kepolisian RI sebagai institusi penegak hukum. Bahkan dalam beberapa peristiwa ada kecenderungan keinginan rakyat untuk mengadili sendiri personil Polri yang melakukan kekerasan terhadap masyarakat seperti dalam peristiwa penemabakan terhadap Fernando Pasaribu (16 thn) dan Ganda Sitinjak(16 thn) warga Dusun IV, Desa Denai Kuala, Pantai Labu, Deli Serdang yang terjadi pada hari kamis, 16 Januari 2003, sekitar pukul 12.00, ( sebagaimana juga diberitakan beberapa harian di Sumatera Utara).

    Berdasarkan tingginya tindak kekerasan dan eksekusi ekstra yudisial oleh Personil Polri di Sumut yang hampir keseluruhannya “didiamkan”, KontraS Jakarta dan LBH Medan serta salah seorang keluarga korban tindak kekerasan Polri di Sumut menyatakan :

    Pertama , Mendesak Kepala Kepolisian RI untuk segera mengambil tindakan tegas (hukum) bagi anggota Polri (beserta atasan para pelaku terkait) khususnya di Sumatera Utara yang melakukan pelanggaran hukum dan Hak Asasi Manusia dalam menjalankan tugasnya.

    Kedua , Mendesak Kepala Kepolisian RI untuk segera memeriksa pejabat Polri di Sumatera Utara yang telah mengabaikan laporan pengaduan masyarakat dan membiarkan berbagai tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh anggotanya.

    Ketiga , Meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk melakukan penyelidikan terhadap berbagai tindak kekerasan Polri di Sumatera Utara.

    Keempat , Meminta DPR-RI memanggil Kapolda Sumut dan Kapoltabes Medan untuk meminta penjelasan tentang berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggotanya.

    Suka

  4. Statistik: 10 dari polisi ada 6 yang korup banget………dan yang 4 korup juga tapi belum ada kesempatan aja…..dan 3 dari 6 itu orang batak lho……….waduh memalukan bener yak

    Suka

  5. Masya Allah, siapa yang akan menjadi Polisi jikalau Polisi sendiri sudah seperti diatas ini yah????
    Mudah2han mereka mendapat hukuman yang setimpal……baik di dunia dan akhirat amin…….

    Suka

  6. Jangan Gara-gara Seorang Oknum, Citra Polisi Tercoreng
    DPRDSU Minta Kapoldasu Tuntaskan Kasus Oknum Polri Tembak Perawat
    Jangan Gara-gara Seorang Oknum, Citra Polisi Tercoreng >> ys’chou, medan
    DPRD Sumut meminta Kapoldasu menuntaskan sungguh-sungguh dan serius kasus penembakan salah seorang perawat Puskesmas Perbaungan, Sergei oleh oknum anggotanya berinisial Bribka AP, sesuai prosedur hukum. Tindakan itu sangat diperlukan untuk menjaga dan memulihkan citra polisi di tengah-tengah masyarakat.
    Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi A DPRD Sumut Ir Edison Sianturi kepada wartawan, Selasa (11/11) di DPRD Sumut menanggapi kasus penembakan Zulhanuddin Anwar (29) seorang perawat Puskesmas Perbaungan oleh Bripka AP.
    “Kita harapkan Polisi sebagai pengayom masyarakat agar tidak menggunakan uang rakyat untuk menembak hanya gara-gara urusan pribadi, sebab Senpi digunakan untuk tugas, bukan urusan pribadi,” papar Edison sembari menambahkan penembakan tersebut telah mencoreng citra polisi di mata masyarakat.
    Diakui Edison, prilaku oknum seperti ini yang selalui menghantui masyarakat, bila berhadapan dengan polisi, sehingga ke depan, oknum pemegang senpi harus dapat mengontrol emosi pribadi walau seberat apapun. Kerena itu, konsekwensi bagi mereka yang diberi kepercayaan oleh negara untuk memiliki Senpi.
    Melihat pangkat pelaku Bripka, ujar Wakil Ketua DPW Partai Patriot Sumut itu menunjukkan pelaku telah bertugas lebih dari 10 tahun yang seharusnya telah lebih matang faktor kejiwaan dan tanggungjawabnya.
    Namun sebagai manusia biasa, tambahnya, Polisi juga tidak lepas dari kesilapan, tapi dengan tindakan penembakan ini harus menjadi pelajaran bagi jajaran Polisi, bahwa gara-gara tindakan satu orang oknum, telah mencoreng nama seluruh institusi Polri.
    Berkaitan dengan itu, Edison minta kepada Kapoldasu dan jajarannya untuk menata kembali faktor kejiwaan pemegang Senpi di jajarannya, paling tidak harus ada evaluasi rutin, apakah per triwulan atau semester diluar test tahunan sewaktu perpanjangan izin Senpi.
    “Faktor kemanusiaan tentu akan dipengaruhi kehidupan lingkungannya. Kita berharap kejadian ini menjadi yang terakhir karena Kapoldasu di awal tugasnya telah melaksanakan sumpah diseluruh jajaran Poldasu untuk benar-benar menjadi pengayom dan pelindung masyarakat,” tutupnya. ***

    Suka

  7. Senin 17 Nopember 2008 — Admin
    Polsekta Medan Baru “Kecewakan” Masyarakat
    >> wahyu, medan
    Meningkatkan profesionalisme kepolisian tampaknya belumlah maksimal. Terutama bila melihat kinerja Polsekta Medan Baru, yang menyangkut kinerja dan layanan Polsekta Medan Baru. Banyak pengaduan yang dibuat selama dua bulan tidak mendapat respon. Sementara pelakunya bebas berkeliaran sepertinya “kebal hukum”.
    “Saya merasa kecewa berat terhadap pelayanan yang diberikan Polsekta Medan Baru. Soalnya sudah dua bulan pengaduan ke Polsek tersebut dalam kasus penipuan dan penggelepan sesuai dengan Pasal 372 KUH Pidana dan Pasal 378 KUH Pidana atas sebuah mobil Toyota Avanza BK 1672 GQ belum mendapat tanggapan dari pihak polsek,” ujar Hamid Harahap di Mapoldasu kepada wartawan, Senin (17/11).
    Abdul Hamid yang juga menjabat Wakil Ketua PBR Sumut Bidang Mobilisasi Umum dan Keamanan menuturkan mobil milik operasional OTC PT. Actavis Medan, diambil oleh tersangka Toni Chandra warga Jalan Bilal Gg. Krisna Medan dengan cara penipuan dan penggelapan.
    “Sampai saat ini laporan yang dibuat di Polsekta Medan Baru tidak digubris. Untuk itu kedatangan ke Mapoldasu untuk membuat pengaduan ke Kapolda Sumut Irjen Pol Nanan Soekarna, atas kinerja Polsekta Medan Baru yang “bertele-lele. Padahal, saksi-saksi sebanyak tiga orang Ana Maria, Harianto dan Kristanto telah diperiksa pihak kepolisian yang mengetahui kronologis peristiwa dan mobil tersebut”.
    Disesalkan Hamid Harahap yang juga menjabat Guru Besar Perguruan Karatedo Wadokai Sumut, meskipun tersangka sampai sat ini belum juga diperiksa Polsekta Medan Baru. “Padahal saya sudah berulang kali menanyakan kasus ini lagsung kepada juru periksa yang menangani kasus tersebut Brigadir Hasibuan dan Kapolsekta AKP Sugeng Riyadi. Jawaban nihil tanpa adanya alasan yang jelas.
    Dikatakannya, kami sangat kecewa dengan pelayanan Polsekta Medan Baru, kasus penipuan dan penggelapan sampai saat ini belum ditanggapi secara hukum yang berlaku, sedangkan tersangka Toni Chandra, hingga kini masih berkeliaran menggunakan mobil Avanza BK 1672 GQ yang diambil dengan penipuan dan penggelapan.
    “Untuk itu, sebagai pengawas di PT. Actavis memohon perhatian kepada Kapoldasu untuk segera menuntaskan kasus tersebut,” tutur Hamid Harahap.
    Sementara itu, ketika dikonfirmasi ke Kapolsekta Medan Baru AKP Sugeng Riyadi melalui via ponsel tidak menjawab dan di SMS tidak membalas.***

    Suka

  8. Rabu 26 Nopember 2008 — Admin
    Dua Pemakai Narkoba Ditangkap, Salah Seorang adalah Oknum Polisi
    >> wahyu, medan
    Dua pemakai narkoba jenis shabu-shabu ditangkap polisi. Seorang diantaranya oknum polisi. Mereka ditangkap dari 2 lokasi berbeda. Dari pemakai ini petugas mengamankan 0,42 gram shabu-shabu, Selasa (25/11).
    Keterangan yang diperoleh menyebutkan, tersangka yang ditangkap Boy (23) warga Jalan Mawar Gang Damai Dusun II Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deliserdang dan Ferdinan Manurung, yang merupakan oknum polisi.
    Semula, saat itu tersangka Boy sedang melintas di Jalan Serbaguna Desa Helvetia Kecamatan Labuhan, polisi menghentikan laju kendaraan korban. Saat diperiksa ditemukan shabu-shabu seberat 0,4 gram.
    Di tempat terpisah, oknum polisi itu ditangkap di Jalan Sekip Ujung. Tepatnya di lapangan sepak bola. Guna proses penyelidikan, keduanya digelandang ke Mapoltabes Medan.
    Kapoltabes Medan AKBP Aton Suhartono melalui Kasat Narkoba AKP Jukiman Sitrumorang membenarkan penangkapan itu. Kini kasusnya masih disidik. ***

    Suka

  9. Kamis 27 Nopember 2008 — Admin
    Judi di Kuta Buluh, Dekat Kantor Polisi
    >> wahyu, sumut
    Hingga kini judi masih marak di Kabupaten Karo. Bahkan pelaku bermain terang-terangan di depan umum tepatnya salah satu kedai kopi di sudut Loosd Desa (Balai Desa, red) Kuta Buluh Kecamatan Kuta Buluh. Omzet judi itu dikabarkan mencapai puluhan juta rupiah per hari.
    Keterangan yang diperoleh, bentuk permainan judi itu di antaranya dadu putar dan mesin ketangkasan jakpot 2 unit di salah satu kedai kopi itu milik warga setempat. Sejumlah warga mengaku permainan judi itu telah berlangsung sebulan lalu. Namun Polsek Kuta Buluh sama sekali belum memberantas judi di lokasi itu. Menurut G Peranginangin warga Desa Kuta Buluh, permainan judi itu beroperasi mulai pukul 10.00 WIB dan sering hingga larut malam. Para pemain tak hanya orang tua tapi tak sedikit melibatkan anak muda setempat. Ironisnya sering tampak di situ bocah berseragam sekolah ikut bermain judi.
    T Peranginangin (48) warga setempat mengaku resah dengan praktik judi di situ. Pihaknya berharap agar Kapolres Tanah Karo turun tangan untuk meringkus pembeking judi itu. “Kami heran kantor Mapolsek Kuta Buluh hanya berjarak 750 m ke lokasi perjudian. Kenapa polisi tidak menindak para pemain judi itu,” kata Peranginangin seraya menjelaskan lokasinya juga dekat ke kantor Camat.
    Kapolsek Kuta Buluh, AKP Jos T Simanjuntak di komando, Kamis (27/11) petang saat dikonfirmasi belum berhasil. Seorang anggotanya berpakaian olah raga polisi mengaku Kapolsek sedang rapat di Mapolres Kabanjahe. “Rapat selama tujuh hari,” ujarnya enteng.
    Kapolres Tanah Karo, AKBP Agus Pranoto yang dihubungi lewat ponselnya Kamis malam mengaku pihaknya tidak mentolerir segala permainan judi di wilayah hukumnya. Pihaknya berjanji akan segera membasmi lokasi judi itu. ***

    Suka

  10. Rabu 13 Agustus 2008 — Admin
    Oknum Polisi Terlibat Perampokan
    # Dwis
    Keluarga Eko Bertom Catero Panjaitan (22) salah seorang kawanan pelaku perampokan terhadap pengusaha aksesoris yang dibekuk kemarin, belum mendapat kabar perihal kejadian yang menimp[a anaknya. Bahkan keluarga Eko yang berpangkat Bripda ini masih menjalankan tugas Negara seperti biasanya.
    Hal tersebut diketahui warga masyarakat ketika menyambangi kediaman orang tua Eko di Jln. Muna, Komplek Perumahan Karyawan PGKM (Pabrik Gula Kwala Madu), Kecamatan Stabat, Langkat Rabu (13/8) kemarin.

    Rumah karyawan yang ditempati kedua orang tua Eko bersama tiga orang adiknya, terlihat lengang dan tenang-tenang saja. Tak terlihat aktifitas dirumah ini, hanya beberapa buah jerigen terpajang persis didepan rumah Eko menandakan kalau di tempat ini menjual minyak Premium eceran. Sebelum tiba dipekarangan rumah Eko, wartawan terlebih dulu bertanya kepada seorang warga.
    ” Kalau rumah Eko, yang didepanya ada jual minyak bensin eceren, pak” ujar seorang warga sambil menunjuk kearah rumah yang dimaksud.
    Dirumah itu, Br Simanjuntak ibu Eko yang ditemui mengaku kalau sikap anaknya berubah total semenjak masuk Polisi. Menurut ibu empat orang anak ini lagi, yang melatar belakangi perubahan sikap Eko mungkin karena tuntutan tugas yang diembanya. ” Semenjak mulai bertugas tiga tahun silam, saya sendiri tidak tau anak saya itu tugasnya dimana dan dibagian apa, bahkan setiap kali dia (eko) dihubungi melalui ponsel, nomornya selalu berubah-ubah.
    Bahkan, untuk pulang kerumah saja dia jarang sekali begitu juga memberikan kabar berita, meskipun saya sedikit kecewa, tapi terpikir oleh saya mungkin memang harus seperti itu kalau menjadi seorang Polisi. ” Entah memang pembinaanya seperti itu di Polisi, yang pasti perubahan terhadap diri Eko kepada keluarga begitu ketara sejak ia masuk Polisi.
    Padahal dia itu (Eko) anak kesayangan saya, kalau dulu atau sewaktu dia masih sekolah, jangankan tidak pulang, mau main bola kaki saja tidak saya ijinkan, karena saya kasian kalau kakinya disepak orang, begitulah sayangnya saya kepadanya. ” kenang Br Simanjuntak melepas pandanganya yang kosong. ” Yang pasti saya pasrahkan saja semua ini, bilang Br Simanjuntak tanpa sadar kalau saat ini EKo sedang berhadapan dengan hukum karena terlibat kasus perampokan.
    Lebih jauh Br Simanjuntak yang ketika itu mengenakan baju merah muda ditemani adik Eko paling bungsu ini mengaku kalau untuk menjadi seorang Polisi, Eko telah tiga kali ikut testing. ” Eko pertama kali mau jadi Polisi testing Akpol, tapi ngak jebol, dia kalah diujian tulisan, selanjutnya yang kedua kali Eko ikut lagi, kali ini Eko sedikit beruntung, tapi meskipun begitu namanya yang telah keluar di pengumunan hilang pula. Saat itu Eko sempat stress juga, dan yang ketiga ini dia berhasil,” beber Br Simanjuntak.
    Saat ditanya apakah keluarga telah mendapat kabar terahir tentang keberadaan Eko saat sekarang ini, Br Simanjuntak mengaku kalau tidak mendapat kabar apapun . ” Mungkin sekarang ini Eko tengah sibuk, makanya dia ngak sempat ngasi kabar ” ketusnya sambil balik bertanya ada apa gerangan dengan diri Eko.***

    Suka

  11. (Metro TV)Polri Berang Disebut Lembaga Terkorup

    Liputan6.com, Jakarta: Kepolisian mengecam hasil penelitian Transparansi Internasional Indonesia yang menempatkan polisi sebagai lembaga paling korup. “Masukan yang diberikan TII ini seperti masukan sampah,” ujar Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Polisi Sisno Adiwinoto di Jakarta, Senin (10/12).

    Hasil survay TII, menurut Sisno, sulit dipertanggungjawabkan. Dia bahkan menilai sepak terjang TII perlu diwaspadai. “Siapa mereka [TII] ini, apa bukan bagian dari infiltrasi atau spionasi yang ingin memperlemah atau mengobok-obok pemerintahan Indonesia,” tambah Sisno.

    Transparansi Internasional Indonesia sendiri, melalui sekretaris jenderalnya Rizal Malik menyebut bahwa hasil teresebut adalah penelitian yang merupakan bagian dari global corruption barometer. Yang hasilnya dikeluarkan secara rutin.

    Tanggapan lebih dingin justru datang dari Dewan Perwakilan Rakyat yang berada di urutan kedua sebagai lembaga terkorup. Ketua DPR Agung Laksono menilai apa yang dilakukan TII adalah sebuah persepsi bukan bukti atau data hukum.

    Penelitian TII mengungkapkan bahwa 42 persen masyarakat Indonesia menganggap Kepolisian sebagai lembaga paling korup. Para responden mengaku seringkali terpaksa menyuap jika berurusan dengan polisi

    Suka

  12. Dear Ivone, I think you better pray and forgive your own father, next year he almost retired, remember he is the great lier in your family. Please understand that he steel people money, from the poor, from the people who needs helps with lot of trouble, he used that money to pay young girls prostitute which still under age, he always bring those little girl to some motels every where he likes. (Jakarta, Surabaya, medan), I have some pictures to show you if you want too.
    He is so disgusting, he is a policeman who should have a war to a prostitution not the player.
    SInce you are the daughter of him Please see his eyes, see very closely…..i believe you will see a big lie….in it….he betray you, you brother Rio, Randy and your mom……

    am the girl who used by your father some years ago, he promised me to buy me house and car, he used my body for his own pleasure, but now what?? he leaves me with no reason……..just say good buy and leave my dying………like this….alone……sorry to tell you this….I can understand that he still your own father,

    I will not to write this kind of letter any more, and you don’t have to reply anymore, let people wrote as they like….just pray for your own father…he is your hero…..
    bye…..send my regard to your handsome father.

    Suka

  13. kalau punya masalah dewasalah selesaikan baik 2x tidak perlu mencemarkan nama baik orang lain. I’m ELFRIZO daughter PROUD of him, he’s a good father + a good leader + a brave man & definetly not inffected to HIV.

    PS : IN THE NAME OF JESUS CHRIST WE ( ELFRIZO FAMILY)FORGIVE YOU & MAY GOD BLESSED YOU

    Suka

  14. Hi Paulo….still remember meeeee…..
    reember when we went to search for some japan girls that nite? it was so fantastic rite?
    How are you mt friend? hows life? do you still have our picture?

    Suka

  15. I met Mr Elfrizo Tobing in Japan in 1994 during a training course. If possible, please, let him know I would like to keep in contact with him. Thanks, Paulo.

    Suka

  16. I would like to keep in contact with Elfrizo Tobing. We participated in an event several years ago and am trying re-establish contact. I noticed that he participates at this Blog and that is why I am posting it here. Thanks for your attention and understanding.

    Suka

  17. Januari 29, 2008

    Sindikat perdagangan orang (trafficking) sudah mencapai kondisi yang sangat memprihatinkan. Bahkan akibat sikap masa bodoh pemerintah, kasus trafficking di Indonesia menduduki peringkat kedua dari seluruh dunia.Sepert diketahui sindikat trafficking memiliki jaringan sampai ke manca negara ini telah menguasai hampir seluruh luar wilayah batas setiap negara. Korbannya adalah perempuan dan anak anak yang masih dibawah umur, bahkan lelaki dewasa tidak luput dari jeratan sindikat ini. Mereka dijadikan eksploitasi seks, dipaksa bekerja diperusahaan dengan gaji kecil, bahkan tanpa ada perlindungan dari penganiayaan yang setiap hari mereka hadapi.

    Untuk menjerat korban, biasanya sindikat ini memanfaatkan pejabat Polda yang juga ikut terlibat, selain itu sindikat ini juga terkenal sangat kejam dan licik, karena bila ada yang berontak atau berusaha kabur akan disiksa dan siapa saja yang menghalangi pasti disikat. Target sindikat ini umumnya anak anak dari daerah miskin dan desa tertinggal, terkadang mereka mengaku sebagai pencari bakat yang bisa mengorbitkan seseorang menjadi artis ngetop atau orang terkenal.

    Belum lama ini (13/1), misalnya, jajaran Polres Simalungun mengungkap keterlibatan pasangan suami-istri asal Malaysia dalam kasus trafficking. Mereka ditangkap polisi dari sebuah tempat di Simalungun saat menyerahkan uang kepada seorang wanita berinisial SS, 35, warga Tebingtinggi. Uang tersebut untuk biaya pengiriman seorang remaja LS, 16,warga Dolok Pardamean Simalungun ke Malaysia.

    ”Pasangan suami-istri warga negara Malaysia itu datang ke Indonesia untuk melihat anak yang akan dikirim ke negaranya sekaligus menyerahkan uang 600 ringgit untuk biaya pengiriman, termasuk untuk mengurus paspor,” papar Kasat Reskrim Polsek SAKP Fadilah Zulkarnain.

    Menurut Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Aspan Nainggolan, jumlah kasus trafficking yang ditangani Polda Sumut empat tahun belakangan terus mengalami peningkatan. Pada 2004, Polda Sumut menangani dua kasus, 2005 tiga kasus,dan 2006 10 kasus.Dari seluruh jumlah kasus ini, 11 di antaranya selesai diusut oleh Unit Penanganan Perdagangan Anak (PPA) Satuan Tipidum,Direktorat Reskrim Polda Sumut.

    Selain di kota Medan, Kasus trafficking pada umumnya terjadi di kawasan pantai yang memiliki transportasi laut. Ini dibuktikan dari 24 Polres yang berada di jajaran Polda Sumut, kasus trafficking hanya terjadi di polres berada di sekitar laut, seperti Polres Tanjungbalai, Sibolga, dan Nias. Polres Tanjungbalai tahun lalu menangani empat kasus, sedangkan Sibolga dan Nias masing- masing satu kasus. Untuk Kota Medan sendiri, sejak 2004–2006 sebanyak 19 kasus ditangani, tapi sampai saat ini baru lima kasus yang diselesaikan.

    Sebelumnya, satu sindikat child trafficking juga diungkap jajaran Polres Jakarta Barat. Satuan Judisila berhasil menggagalkan perdagangan 16 orang anak dibawah umur (child trafficking). Gadis belia yang rata rata berwajah cantik dan berkulit putih mulus ini diselamatkan petugas saat akan dibawa dari tempat penampungannya di Jalan Taman Sari XI No 3A Taman Sari, Jakarta Barat.

    Mereka ditangkap saat akan dibawa untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu di Mutiara II Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ke 16 gadis itu diantaranya bernama Aas (15), Fitriani (1 8) Yesi (1 8) Sarah (19) dan sampai saat ini mereka masih diperiksa, ujar Kasbunit Judisila, Polres Jakarta Barat Iptu Budi Setiadi.

    Sementara itu, Lima orang korban perdagangan manusia (trafficking) berhasil dipulangkan jajaran Polresta Sukabumi, setelah kelimanya disekap dan dipekerjakan sebagai PSK di sebuah lokalisasi di Bintulu, Serawak, Malaysia, selama kurang lebih satu bulan. Disamping itu, polisi juga mengamankan dua orang pelaku yang diduga menjadi sindikat perdagangan manusia antar negara di Asia.

    Lima korban trafficking yang berhasil dipulangkan masing-masing Ic (18), Yl (17), Er (18), dan An (20), keempatnya warga Kampung Babakan Caringin, Kel/Kec Citamiang, Kota Sukabumi, dan seorang korban lainnya berinisial Ni (19) asal Bekasi. Sementara dua pelaku yang telah diciduk petugas adalah Nob (24) -warga jalan Sari Kaya No 7 Bekasi- dan Sap (31) -warga Jalan Bulak Indah No 9 Ciracas, Jakarta Timur. Pengungkapan kasus trafficking ini berdasarkan hasil laporan salah satu orang tua korban kepada pihak kepilisian Polresta Sukabumi awal bulan Oktober tahun silam. Setelah dilakukan penyelidikan, petugas berhasil menangkap secara terpisah dua orang pelaku yang berperan sebagai mediator.

    Dijanjikan jutaan
    Hasil survei YKAI ( Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) dan ILO, anak anak yang dieksploitasikan sebagai pekerja seks umumnya dijanjikan upah Rp 5 juta perbulan. Dengan janji upah sebesar itu, sindikat yakin korbanya akan mudah masuk dalam perangkap. “Kalau janji upah terlalu besar, takut orang tua korban tidak percaya dan kalau upah dibawah itu kita khawatir mereka tidak mau,” kutip survei YKAI.

    Ditambahkan Andri Yoga Utami dari YKAI, kasus kasus seperti ini sudah lama terjadi namun aparat terkait masih sedikit yang berinisiatif untuk mengatasi masalah ‘jual-menjual’ anak ini. Padahal mereka mengetahui secara jelas adanya praktek child trafficking atau proyek perdagangan anak dibawah umur. “Sudah banyak yang tahu betul adanya, tertuma di desa desa di Indramayu, Kerawang marak child trafficking, tetapi kenapa mereka selalu tutup mata” ujar Andri.

    Namun, untuk memberantas ini ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.Sebab banyak juga orangtua dari anak-anak yang diperdagangkan tersebut, malah mendorong buah hatinya melakukan pekerjaan seks komersil.

    “Uang selalu dijadikan faktor utama,” kata Anto seorang pekerja sosial. Sebagai contoh di desa Amis dan Jambak, anak anak perempuan dikedua desa ini kerap dibisniskan untuk pemuas seks. “Tingkat child trafficking di Indramayu, khususnya di kedua desa ini sangat tinggi,“ kata Senior Program Officer ILO bidang Penanggulangan Penghapusan Pekerjaan Terburuk Anak, Pandji Putranto.

    Bagi masyrakat di kedua tersebut, justru berlomba lomba untuk membangun rumah mewah, ada kebanggan tersendiri bila bisa membangun rumah mewah, padahal uang tersebut disinyalir dari anak anak mereka yang bekerja sebagai pemuas nafsu. Selain itu, gaya hidup metropolis juga dengan mudah ditemui dipelosok Indramayu.

    Fenomena lain, kini setiap malam, disepanjang jalanan banyak ditemui pasangan muda mudi yang berpacaran tanpa mengenal waktu Bahkan tanpa malu malu, ditempat yang gelap mereka kerap melakukan hubungan layaknya suami istri, padahal usia mereka masih dibawah umur. Meski demikian, tidak semua orang di Indramayu menganggap bisnis seks merupakan bagian dari budaya masyarakat.

    Menurut data yang dikumpulkan para pekerja sosial dari YKAI dan ILO menyimpulkan memang ada pro kontra tentang budaya seks dan perdagangan anak dibawah umur. Pemerintah daerah, bupati, dan guru dan lainnya memang secara tegas menentang adanya seks bebas dan child trafficking.

    Namun disisi lain aparat seperti kepala desa, Kepolisian, maupun orang tua, justru diduga kuat ikut memuluskan dan memberi jalan untuk praktek ini.

    Untuk mencegah agar hal hal ini terus berkembang memang tidak mudah. Seluruh aparat baik yang didaerah maupun dipusat hendaknya bisa bekerja sama memutus jaringan sindikat ini, kalau tidak kasus seperti ini akan terus berkembang. mangontang silitonga

    Entry Filed under: TOPIK UTAMA. .

    Suka

  18. Polda Sumut Pecat 168 Personel
    AVIAN TUMENGKOL, KONTRIBUTOR INILAH.COM

    INILAH.COM, Medan – Polda Sumut sejak tahun 2006-2008 telah melakukan pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) 168 personel. Sejumlah 62 orang di antaranya adalah perwira polisi.

    Selain itu, ada penindakan pemecetan dengan hormat (PDH) sebanyak enam personel. Dua di antaranya berpangkat perwira. Disamping itu, juga ada penindakan pelanggaran disiplin, etika, dan pidana terhadap ribuan personel yang kasusnya tahap proses sidang.

    Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Baharudin Djafar, menjelaskannya kepada INILAH.COM, Minggu (13/4). Pelanggaran yang mereka lakukan umumnya desersi dan indisipliner.

    Lebih jauh, kata Baharudin, selama 2006 Polda Sumut berserta jajaran menangani 604 pelanggaran disiplin. Tercatat 123 personel dipecat. Mereka diberhentikan dengan PTDH terdiri atas 61 perwira, 53 bintara, enam tamtama. Sementara dengan PDH dua perwira, satu bintara, dan tamtama 0.

    Sementara 2007, Poldasu menangani 744 pelanggaran disiplin naik sekitar 10 persen dari tahun 2006. Tercatat 44 personel dipecat dengan PTDH. Rinciannya, satu perwira, 33 bintara, dan 10 tamtama. Sedangkan melalui PDH ada tiga orang, dua bintara dan satu tamtama.

    Sedangkan tahun 2008, lanjut Baharudin, Polda Sumut menangani 220 kasus pelanggaran disiplin. Dari angka ini, terjadi penurunan sekitar 35-40 persen dibanding tahun 2006 dan 2007.

    Dan seluruh kasus ini untuk tahun ini, tambah Baharudin, sebagian besar masih tahap proses untuk disidangkan di Propam Polda Sumut dan jajaran. Begitupun, sudah tercatat empat personel yang dipecat dengan PTDH, semuanya berpangkat bintara.

    Menurut Baharudin, banyak jumlah kasus yang ditangani karena memang pihak kepolisian kian keras dalam menangani oknum Polri bermasalah tujuannya untuk meningkatkan citra Polri.

    “Meningkatnya data jumlah pelanggaran berdampak pemecetan bukan karena lebih menggambarkan Polri sekarang tegas menindak, tapi karena sekecil apapun kesalahan personel ditindak,” tukas Baharudin

    Selain pemecatan, tambah Baharudin, Polda Sumut mencatat personel melakukan pelanggaran dan masih tahap proses. Tahun 2006, personel yang melanggar disiplin sekitar 108 orang, 2007 sebanyak 275 personel, dan tahun 2008 sekitar 220 orang.

    Sementara, tingkatan sanksi diberikan kepada personil Polri yang melakukan pelanggaran disiplin, mulai teguran secara tertulis, penundaan ,dan harus mengikuti pendidikan selama satu tahun.

    Ada juga, penundaan kenaikan gaji berkala, selanjutnya penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun atau dua periode.

    Hukuman lain, yakni mutasi bersifat demosi (non job), pembebasan dari jabatan serta tindakan yang terberat melalui kurungan badan selama beberapa hari dalam tempat khusus.

    “Dalam konteks ini, jika masih ada personel Polri yang melakukan pelanggran disiplin maka tidak akan ada toleransi,’’ demikian Baharudin. [I4]

    Suka

  19. Topik: HIV/AIDS
    Kliping: Lima Anggota Polda Sumut Idap HIV/AIDS
    Dipublikasi pada Thursday, 24 August 2006 oleh administrator
    Media Indonesia online, 23 Agustus 2006

    MEDAN–MIOL: Lima anggota Kepolisian Daerah (Polda) Sumatra Utara (Sumut), satu diantaranya berpangkat perwira, diketahui terjangkit HIV/AIDS. Hal ini diketahui berdasar tes darah yang dilakukan rutin di jajaran Polda Sumut.

    Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Komisaris Besar Pol Aspan Nainggolan kepada Media Indonesia tidak bersedia menyebutkan indentitas kelima oknum tersebut. “Ada kode etik yang harus dijalankan,” tukasnya, Rabu (23/8).

    Menurutnya, kelima oknum masih terus menjalani perawatan jalan dan cek kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut di Medan. “Kelimanya masih terus menjalani perawatan,” katanya

    Aspan juga menambahkan kelima polisi tersebut hingga saat ini masih bertugas seperti biasa. “Mereka tidak dibebaskan tugas, tidak ada perbedaaan hanya menjalankan perawatan saja,” katanya.

    Soal penyebab kelima oknum itu bisa terjangkit HIV/AIDS, Aspan menolak memberikan jawaban dengan alasan hanya dokter yang mengetahui. “Dokter yang tahu, nanti saya tanyakan,” ujarnya. (YN/OL-06)

    Suka

  20. Lantaran Narkoba, Perwira Polda Sumut Ditangkap
    Senin, 24 Mei 2004 | 20:55 WIB

    TEMPO Interaktif, Medan: Salah satu Kepala Unit (Kanit) Satuan II Narkoba Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut), Ajun Komisaris Polisi (AKP) berinisial BPT, ditahan lantaran kasus perdagangan narkoba. “Selain AKP BPT, beberapa personil lainnya juga ikut ditahan petugas bidang profesi dan pengamanan (Propam) Poldasu untuk diperiksa,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sumut, AKBP Bambang Prihadhy di Medan, Senin, (24/05). Menurut Bambang, jika terbukti sebagai pengedar dan terlibat dalam Narkoba, BPT akan mendapat sanksi hukuman dan tindakan disiplin berupa pemecatan.

    Penahanan BPT merupakan buntut dari penangkapan seorang lelaki berinisial Sah saat membesuk seorang napi bernama Jaker di rumah tahanan (rutan) Tanjung Gusta, Medan, oleh tim Narkoba Poltabes Medan, beberapa pekan lalu. Dari Sah yang saat itu ditemani BPT, polisi menyita sepuluh jie shabu-shabu. Menurut Sah, shabu-shabu itu adalah milik BPT.

    Menurut BPT yang sempat ditanyai wartawan di ruang Direktorat Narkoba Poldasu sebelum ditahan beberapa waktu lalu, hal itu merupakan kejadian yang tidak disengaja. Barang bukti yang ada merupakan hasil pancingan untuk menangkap bandar narkoba shabu-shabu yang lebih besar. “Itu biasa dalam tugas rahasia,” kata BPT. “Sah merupakan informan tim narkoba kepolisian,” kata BPT.

    Jika terbukti bersalah dan mendapat sanksi, BPT menambah daftar personil kepolisian yang ditindak, bahkan diantaranya dipecat dengan tidak hormat. Dalam empat tahun terakhir, sudah ada sembilan personil kepolisian yang bertugas di jajaran Poldasu yang diberi sanksi, diantaranya AKP Bachtiar Sitinjak yang bertugas di Sekolah Polisi Negara Sampali Medan dengan hukuman 16 tahun penjara karena terlibat sindikat perdagangan ekstasi.

    Bambang Soed – Tempo News Room

    Suka

  21. Perwira Polda Sumut Terima Rp500 Juta pada Kasus Korupsi Bupati Tobasa

    14 Juni 2007 in Balige, Berita, Korupsi

    [harian global; bataknews; yang menuduh akan digugat]

    Direktur Reskrim Polda Sumut Kombes Ronny F Sompie dituduh menerima suap Rp 500 juta berkaitan kasus dugaan korupsi Bupati Tobasa Monang Sitorus.

    Hal itu terungkap dalam aksi demo Aliansi Masyarakat Peduli Tobasa [AMPT] dan Gerakan Rakyat dan Mahasiswa Indonesia [GRMI] di markas Polda Sumut di Medan, Rabu kemarin. Seperti dikutip dari Harian Global, seorang pendemo, Toman Siagian alias Tompel, mengatakan Kombes Ronny diduga telah menerima uang Rp 500 juta dari pihak Bupati Tobasa agar penyidikan kasus korupsi APBD senilai Rp 3 miliar itu dihentikan.

    Ronny F Sompie sendiri membantahnya. Ia menyebutkan hal itu sebagai bohong belaka, dan ia akan menggugat secara hukum si aktivis tersebut.

    “Ini pembunuhan karakter. Saya tidak pernah menerima suap baik dari Bupati maupun orang suruhannya. Saya akan proses dia secara hukum,” katanya. “Saya siap dicopot bila terbukti terima suap.” [wigoena]

    Suka

  22. Dedi Hamdani, ngomong mending yang di dalem negeri aja deh…….kita benahin yang di depan mata aja dari pada ngurusin politik luar negeri.

    Suka

  23. Regional / Sumatra
    03/05/2008 16:11 WIB
    Polda Sumut Terbanyak Lakukan Kekerasan

    INILAH.COM, Medan – Polda Sumatera Utara dianggap sebagai ‘penyumbang’ terbesar daftar pelaku praktik kekerasan terhadap masyarakat di daerah itu, dengan jumlah 27 kasus. Rakyat sendiri diperas, disiksa dan didera, katanya pengayom dan payung hukum tapi nyatanya lebih jahat dari penjahat.

    Hal itu diungkapkan Koordinator KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) Sumut, Diah Susilowati di Medan, Sabtu (3/5). Jumlah di atas, menurutnya, berdasarkan catatan 40 kasus praktik kekerasan terhadap warga Sumut yang dilakukan aparat negara antara Januari-April 2008.

    “Dari 27 kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi itu, di antaranya penangkapan sewenang-wenang, intimidasi, pembunuhan di luar prosedur hukum, dan penganiayaan,” jelas Diah.

    Sedangkan 13 kasus lainnya ‘disumbang’ oleh oknum TNI, dengan enam kasus, disusul birokrat dengan empat kasus, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan tiga kasus.

    “Dari jumlah tersebut, terdapat tujuh korban jiwa akibat kekerasan yang dilakukan Polri dan tiga orang oleh Satpol PP,” papar Diah.

    Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Baharuddin Djafar ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya meragukan laporan yang disampaikan Kontras Sumut tersebut. “Akan lebih bermanfaat jika Kontras melaporkan dan mengkonfirmasi berita tersebut ke Polda Sumut,” katanya. [*/R2]

    Suka

  24. Waduh……..berita itu mendingan tidak usah dimuat di surat kabar, percuma aja, tidak ada ujung dan akhirnya. Muter2 dan kita semua cuma dibuat bingung. Mereka janji mau mengusut tuntas tp yang berkasus malah mendapat jabatan lagi. Ini mah UUD = Ujung2nya Doewiiiiit

    Suka

  25. IJAZAH PALSU
    Beberapa Pejabat Negara Terlibat

    Zainuddin MZ (kiri) dan Hamzah Haz (kanan)

    Jumat, 19 Agustus 2005
    JAKARTA (Suara Karya): Beberapa pejabat negara, anggota TNI, artis dan kiai, serta 16 anggota Polri aktif dan nonaktif diduga menggunakan gelar dan ijazah palsu yang dikeluarkan universitas ilegal, Institut Manajemen Global Indonesia (IMGI) dan sejenisnya.

    Seorang sumber Suara Karya di Mabes Polri menyatakan, di antara pejabat dan mantan pejabat tinggi tersebut terdapat nama-nama, antara lain, Dr Hamzah Haz, Mien Sugandhi, dan Dr Zainuddin MZ. Di kalangan artis muncul nama Dr Anwar Fuadi dan Kiai Gatot Brajamurti.

    Untuk pejabat Polri, terdapat nama mantan Kapolri Roesmanhadi, Togar M Sianipar, Sadar Sebayang, Anak Agung Anom Putra, Binarto, Soekamto, Suparto, Pieter M. Hutagalung, Nurdin Umar, Tombang Sibarani, Leonard P Siagian, Elfrizo Torangi Lumban Tobing, Mustafa Hadikuncoro, I Gede Putu Brata, dan Sugiri. Dari Mabes TNI muncul nama-nama Phanny Tandy Kakauhe.

    Tentang nama-nama pejabat Polri tersebut, saat dikonfirmasi, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen Pol Makbul Padmanagara menyatakan, pihaknya akan melihat dan mempelajari terlebih dulu. Namun ia menjanjikan untuk menindak siapa pun yang terlibat. “Siapa pun itu, jika terbukti melanggar hukum, akan kita tindak,” kata Makbul. Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Aryanto Boedihardjo menyatakan, hingga saat ini dirinya belum mengetahui data tersebut. Ia mengatakan Polri akan segera melakukan pemeriksaan dan konfirmasi kepada orang-orang yang diduga menggunakan ijazah palsu tersebut. “Jika hasil pemeriksaan itu terbukti, tentunya Kapolri akan mengambil tindakan,” kata Aryanto Boedihardjo.

    Di tempat terpisah, Solikin, kuasa hukum para lulusan IMGI, mengatakan Bareskrim Polri seharusnya berani melakukan pemeriksaan terhadap siapa pun yang telah menggunakan ijazah dan gelar palsu. “Jangan hanya klien saya saja,” kata Solikin. (Joko Sriyono)

    Suka

  26. wah kalau melihat dari luar sih memang kelihatannya bagus ajeee.

    tp coba lihat penderitaan para polisi yang lulusan dari bintara atau lihat dikotomi yang diberlakukan dalam organisasi polisi itu sendiri

    seperti contoh PTIK yang seharusnya menjadi lembaga pembelajaran buat menambah ilmu pengetahuan tetapi bagi para bintara tersebut sama sekali tidak bisa mengikuti perkuliahannya ( kecuali polwan )

    dan juga kenapa tidak berpikir polisi satu pintu saja apakah itu akpol atau hanya dari bintara saja dan mutu rekrutmennya diperbaiki …
    bayangkan berapa besar penghematannya dan berapa besar kontribusi yang didapat jika semua polisi akan berlomba – lomba dalam kebaikan dan mengejar karir dibandingkan sekarang ini yang tentunnya dibarengi dengan remunerasi dan juga punish and reward yang sempurna

    pokoknya kalau bisa melihat dari dekat …organisasi yang paling kacau dan menindas anak buahnya sendiri ya polri itu ..

    jadi kalau menurut saya pa Tanto msh jauhlah dari berhasil tetapi berbuat sesuatu ya memang dia sudah melakukannya ….

    Suka

  27. Berharap-berharap! berjuta-juta harap ada di pundak “KEPOLISIAN”, tetapi
    Kecewa-kecewa! berjuta-juta kecewa yang kita dapatkan.
    Terus terang saja, saya kalau melihat seragamnya saja ada perasaan tidak nyaman benar-benar tidak nyaman ini yang saya rasakan dan saya lebih banyak menghindar/menjauhi.Kadang-kadang saya berpikir kalau melihat dijalan-jalan sedang bertugas saya seperti orang kena “PHOBIA” ketakutan.Padahal selogannya ” Melindungi dan Melayani Masyarakat” Tapi kenyataannya “TIDAK BERBANDING LURUS” dengan mottonya, sedih bangeeeett…

    AKU BERHARAP AKU TIDAK PHOBIA LAGI MELIHAT MEREKA! ITU HARAPANKU, KALAU AKU MASIH PHOBIA BERARTI KINERJANYA BELUM MAKSIMAL.Maaf banget…… aku menulis ini juga ada perasaan takut kalau2 mereka datang kerumahku karena aku mengkritiknya.

    Suka

  28. saya juga salut dengan Pak Sutanto,

    temen temen saya anggota polisi pun segan dengan Pak Jenderal satu ini…

    saya doakan tetap istiqomah, dan konsisten membela kebenaran

    Suka

  29. KALAU POLRI SINGLE FIGHTER KAYAK LAMA PERSOALAN BISA SELESAI.HARUS ADA KOMITMEN KUAT POLRI YANG DIBANTU LEMBAGA-LEMBAGA TERKAIT.

    BOM BUNUH DIRI,
    INI SIH SKENARIO NEGARA ADI DAYA DENGAN NEGARA TETANGGA AGAR NKRI YANG NOTA BENE PEMELUK ISLAM TERBESAR (KALAU KITA SELIDIKI PELAKU/DALANG UTAMA BOM BUNUH DIRI BERASAL DARI MALAYSIA), TAPI YANG KAMBING HITAMKAN NEGARA NEGARA ISLAM LYBIA, AFGANISTAN, IRAN, IRAK DAN NKRI. KENAPA? KARENA NEGARA-NEGARA ISLAM INI MEMILIKI KANDUNGAN MINYAK YANG MELIMPAH YANG SANGAT DIPERLUKAN AS DAN KONCONYA. BUKTI LAIN SETELAH GONJANG-GANJING TUDUHAN, SEKARANG BERMUNCULAN POM BENSIN YANG BUKAN MILIK PERTAMINA.

    NARKOBA
    DENGAN NARKOBA GENERASI RUSAK DAN AMBURADUL. GENERASI KITA TIDAK AKAN MAMPU BERPIKIR BAIK. PARA PENEGAK HUKUM KITA HANYA SIBUK NGURUSI NARKOBA, BOM BUNUH DIRI. TAPI KEMISKINAN DAN STRUKTUR NEGARA YANG VITAL TIDAK TERSENTUH. MAFIA BARCLAY SEKARANG MUNCUL DENGAN IMF-NYA, MEREKA BERJAYA, NKRI LUMPUH.

    INILAH SKENARIO BESAR AMERIKA, UNTUK MELUMPUHKAN KEKUATAN NKRI SETELAH DIBANGUN SELAMA 35 TAHUN.

    POLRI SIBUK SAJA DENGAN NARKOBA, KORUPSI, PERJUDIAN. NAMUN MASALAH BESAR YANG SEHARUSNYA MENJADI PRIORITAS TERABAIKAN.
    MASALAH BESAR ITU ADALAH KEWIBAWAAN POLRI
    KEWIBAWAAN POLRI SANGAT TERPURUK DAN SAMPAI SAAT INI MASYARAKAT INDONESIA KEHILANGAN KEPERCAYAANNYA KEPADA POLRI.
    KEWIBAWAAN INI SANGAT PENTING KARENA DENGAN TIDAK BERWIBAWANYA PENEGAK HUKUM SEPERTI POLRI MAKA MUNCUL PELANGGARAN : JUAL-BELI NARKOBA, KORUPSI, KEMACETAN DAN KETIDAK TERTIBAN DIJALAN, KEAMANAN MASYARAKAT TERABAIKAN (POLRI HANYA MELINDUNGI MASYARAKAT YANG BERDUIT, PADAHAL KEAMANAN DAN KETERTIBAN ADALAH PRIORITAS TANGGUNG JAWAB POLRI TANPA TERKECUALI UNTUK SIAPA, MASYARAKAT HARUS MERASA AMAN)

    APA YANG TELAH DILAKUKAN POLRI SAAT INI, KATAKANLAH KEBERHASILAN, ITU MERUPAKAN KERIKIL-KERIKIL PERSOALAN YANG MERUPAKAN AKUMULASI BERTAHUN-TAHUN YANG TIDAK PERNAH DISENTUH.

    SKENARIO LAIN?
    PARA PEJABAT NKRI DISIBUKKAN DENGAN MAIN GOLF DAN SEREMONI. SEHINGGA KEHILANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR MENYELESAIKAN AMANAHNYA SEBAGAI PEJABAT.

    MAAP YA KANG FATIH KELUAR DARI KONTEKS

    Suka

  30. saya melihat kapolri pak Sutanti mempunyai stabilitas emosi yang cukup terjaga. Ia tampak dewasa, enak diajak komunikasi, dan figur seorang pemimping yang mau terjun ke lapangan tanpa segan sedikitpun. Bahkan saat wawancara pun ia dengan enak dipandang dan enteng menjawab setiap pertanyaan wartawan. Justeru saya sebal sekali melihat Kahumas Polri, yang berwajah dingin, angker, dan mudah tersinggung seperti halnya saat dialog antara Todung Mulya Lubis, dan dari anggota fraksi PDIP dan Metro TV beberapa waktu yang lalu, yang menampakkan ketersinggungannya atas hasil penelitian respn Publik tentang instansi yang paling korup.

    Suka

  31. Ping-balik: Budayawan Muda
  32. Wah kalau one day beliau ikut jadi kandidat Presiden, rasa-rasanya bakal tambah rame. Tipe pemimpin yang lebih banyak ‘action’ daripada ngomong rasanya lebih relevan buat masa depan Indonesia.

    Suka

  33. @konsultan: iya. yg tidak marah cuma kapolri sutanto; bukan yg lain. 🙂 tulisan ini hanya memfokuskan pada kinerja sutanto dan sikapnya dlm menghadapi kritik.

    Suka

  34. Saya setuju kalau dikatakan salah satu lembaga yang paing karup di Indonesia ini adalah Lembaga Kepolisian, tapi kita juga tidak setuju kalau dikatakan semua polisi itu adalah korup

    Suka

  35. Yah.. Saya sangat setuju dengan langkah progresif yang dilakukan oleh Kapolri Sutanto bersama dengan jajaran lainnya dibawah kepemimpinan Pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudoyono.

    Memang harus ada sebuah good will dari petinggi seperti Bapk Jend. Sutanto untuk membenahi beberapa sisi yang belum begitu baik di negeri Indonesia kita yang tercinta ini

    Bravo untuk Jend. Sutanto

    Ir. Akbar Herdian

    Suka

  36. Polisi memang sudah seharusnya menjadi pamong masyarakat yang melayani dan melindungi…
    Namun apakah yang kita lihat saat ini???
    Pernakah anda masuk kedalam sentra pelayanan kepolisian (SPK)???
    seharusnya mereka yg bertugas disini bertindak ramah layaknya petugas bank, karena SPK merupakan loket pelayanan pengaduan dari masyarakat… namun msh ditemui polisi yang tidak mau senyum ketika ada yang mengadu di SPK ini, malah wajah2 mereka terlihat sangar2…
    para polisi yg sekarang seharusnya dibekali oleh pelatihan pelayanan bukan hanya pelatihan tuk perlindungan…
    Kami selaku masyarakat butuh polisi yang ketika dijumpai mau dan tidak sungkan2 tersenyum dan menyambut kami…

    Andai kepolisian sudah bersih dan telah menjadi pelayan dan pelindung masyarakat, dijamin masyarakat akan cinta dengan polisi dan tidak akan segan2 melaporkan bila terjadi tindak kejahatan…

    Suka

  37. Siapa yang tak rindu seorang Pemimpin yang Amanah?

    Sesuatu yang sudah semakin jarang terdengar, lebih2 di jumpai.

    Jadi ingat kisah seorang Khalifah Umar bin Khatthab r.a. 🙂

    Semoga kisah ini menginspirasi siapapun yg membacanya..

    Suka

  38. Kalau memang sdh demikian adanya, barulah saya setuju dgn motto mereka yang sering kita jumpai dipintu mobil polisi: “Melindungi dan Melayani Masyarakat”

    Suka

Tinggalkan komentar